Minggu, 22 September 2013

6 MOBIL TERMAHAL DI DUNIA


EROPA sejak lama dikenal sebagai produsen mobil mewah dengan harga super mahal. Anggapan itu nampaknya benar jika kita mengunjungi Hall A Arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, tempat berbagai kendaraan dari Benua Biru dipamerkan dalam perhelatan Indonesia International Motor Show (IIMS) 2013.
Sejak dibuka pada Kamis, 19 September 2013 silam, booth-booth mobil Eropa yang terletak di sebelah kiri pintu masuk utama pameran tidak pernah sepi pengunjung. Pengunjungnya bukan hanya dari kalangan yang memang menggandrungi produk-produk Eropa, tetapi ada juga yang sekadar melihat dan mengambil gambar di depan mobil impiannya.
Beragam merek dan tipe baru andalan produsen dipamerkan. Harga yang ditawarkan pun bervariasi. Mobil termurah dibanderol sekitar Rp 400 jutaan, sedang yang termahal bisa mencapai hampir Rp 5 miliar.
Ini dia tunggangan mahal yang berharga di atas satu miliar rupiah:
1. Mercedes-Benz SLS AMG GT Roadster
Harga: Rp 4,889 miliar

Kapasitas Mesin: 6.3L V8
Kekuatan Maksimum: 563 hp pada 6.800 rpm
Torsi: 479/4.750 
Transmisi: 7-Speed Automated Manual
2. Audi R8 5.2 FSI Quattro
Harga: Rp 4,889 miliar
Kapasitas Mesin: 5.204 cc/84.5 X 92.8 mm V10 DOHC
Kekuatan maksimum: 525 hp pada 8.000 rpm
Torsi: 530/6.500
Transmisi: 7 kecepatan tronic dengan DSP
3. Range Rover 4x4 SDV8 Diesel Vogue 
Harga: Rp 3,400 miliar
Kapasitas Mesin: 4.367 cc tipe V8 Turbo
Kekuatan Maksimum: 339 hp pada 3.500 rpm
Torsi: 700/ 1.750-3.000 
Transmisi: Gearbox Otomatis, 8 speed with paddle shift
4. BMW M6 Gran Coupe Exclusive
Harga: 2,798 miliar
Kapasitas Mesin: 4.4-liter M Twin Power Turbo 8-cylinder petrol V engine, M Double Clutch
Kekuatan Maksimum: 560 hp pada 6.000-7.000 
Torsi: 680/1.500-5.750 
Transmisi: 7-speed Drivelogic
5. Volkswagen Caravelle LWB 
Harga: Rp 1,250 miliar
Kapasitas Mesin: 1.968 cc Diesel Direct Injection
Kekuatan Maksimum: 180 hp pada 4.000 rpm
Torsi: 400/2.000 
Transmisi: 7-speed direct shift gearbox (DGS)

6. Mini Cooper Mini John Cooper Works GP
Harga: Rp 1,100 miliar
Kapasitas Mesin: 1.600 cc
Kekuatan Maksimum: 218 hp pada 6.000 rpm 
Torsi: 260/1.750-5.750 
Transmisi: 6 speed manual


Itulah mobil termahal di dunia untuk periode September - desember 2013

Senin, 16 September 2013

ASAL USUL RATU KIDUL

Siapakah sesungguhnya Kanjeng Ratu Kidul itu? Benarkah ada dalam kesungguhannya, ataukah hanya dikenal dalam dongeng saja? 

Pertanyaan ini pantas timbul, karena Kanjeng Ratu Kidul termasuk makhluk halus. Hidupnya di alam limunan (gaib), dansukar untuk dibuktikan dengan nyata. Pada umumnya oarang mengenalnya hanya dari tutur kata dan dari semua cerita atau kata orang ini, orang itu, bila dikumpulkan akan menjadi seperti berikut:
Menurut cerita umum, Kanjeng Ratu Kidul pada mudanya bernama Dewi Retna Suwida, seorang putri dari Pajajaran, anak Prabu Mundhingsari, dari istrinya yang bernama Dewi Sarwedi, cucu Sang Hyang Saranadi, cicit Raja siluman di Sigaluh.
Sang putri melarikan diri dari keraton dan bertapa di gunung Kombang. Selama bertapa ini sering nampak kekuatan gaibnya, dapat berganti rupa dari wanita menjadi pria atau sebaliknya. Sang putri wadat (tidak bersuami) dan menjadi ratu diantara makhluk halus seluruh pulau jawa. Istananya didasar samudra indonesia. Tidaklah mengherankan, karena sang putri memang mempunyai darah keturunan dari makhluk halus.
Diceritakan selanjutnya, bahwa setelah menjadi raru sang putri lalu mendapat julukan Kanjeng Ratu Kidul Kencanasari. Ada juga sementara orang yang menyebut Nyai Lara Kidul (di keraton surakarta sebutan Nyai Lara Kidul adalah untuk patihnya, bukan untuk Kanjeng Ratu Kidul sendiri). Malahan ada juga yang menyebutnya Nyira Kidul. Dan yang menyimpang lagi adalah: Bok Lara Mas Ratu Kidul. Kata “Lara” berasal dari “Rara”, yang berarti perawan (tidak kawin).
Dikisahkan, bahwa Dewi Retna Suwida yang cantiknya tanpa tanding itu menderita sakit budhug (lepra). Utuk mengobatinya harus mandi dan merendam diri didalam suatu telaga, di pinggir samudra. Konon pada suatu hari, tatkala akan membersihkan muka sang putri melihat bayangan mukanya di permukaan air. Terkejut karena melihat mukanya yang sudah rusak, sang putri lalu terjun kelaut dan tidak kembali lagi ke daratan, dan hilanglah sifat kemanusiaannya serta menjadi makhluk halus.
Ceritaa lain lagi menyebutkan bahwa sementara orang ada yang menamakannya Kanjeng Ratu Angin-angin. Sepanjang penelitian yang pernah dilakukan dapat disimpulakan bahwa Kanjeng Ratu Kidul tidaklah hanya menjadi ratu makhluk halus saja melainkan juga menjadi pujaan penduduk daerah pesisir pantai selatan, mulai darah Jogjakarta sampai dengan Banyuwangi.
Camat desa Paga menerangkan bahwa daerah pesisirnya mempunyai adat bersesaji ke samudra selatan untuk Nyi Rara Kidul. Sesajinya diatur didalam rumah kecil yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut (sanggar). Juga pesisir selatan Lumajang setiap tahun mengadakan korban kambing untuknya dan orang pun banyak sekali yang datang.
Mr Welter, seorang warga belanda yang dahulu menjadi Wakil ketua Raad van Indie, menerangkan bahwa tatkala ia masih menjadi kontrolir di Kepanjen, pernah melihat upacara sesaji tahunan di Ngliyep, salah satu pesisir pantai selatan, Jawa timur, yang khusus diadakan untuk Nyai rara kidul. Ditunjukkannya gambar sebuah rumah kecil dengan bilik di dalamnya berisi tempat peraduan dengan sesaji punjungan untuk Nyai Rara Kidul.
Seorang perwira ALRI yang sering mengadakan latihan didaerah ngliyep menerangkan bahwa di pulau kecil sebelah timur ngliyep memang masih terdapat sebuah rumah kecil, tetapi kosong saja sekarang. Apakah rumah ini terlukis gambar Tuan Welter, belumlah dapat dipastikan.
Pengalaman seorang kenalan dari Malang menyebutkan bahwa pada tajun 1955 pernah ada serombongan oran-orang yang nenepi (pergi ke tempat-tempat sepi dan keramat) dipulau karang kecil, sebelah timur Ngliyep.
Seorang diantara mereka adalah gurunya. Dengan cara tanpa busana mereka bersemadi disitu. Apa yang kemudian terjadi ialah, bahwa sang guru mendapat kemben, tanpa diketahui dari siapa asalnya. Yang dapat diceritakannya ialah bahwa ia merasa melihat sebuah rumah emas yang lampunya bersinar-sinar terang sekali.
Dipacitan ada kepercayaan larangan untuk memakai pakaian berwarna hijau gadung (hijau lembayung), yang erat hubungannya dengan Nyai Rara Kidul. Bila ini dilanggar orang akan mendapat bencana. Ini di buktikan denga terjadinya suatu malapetaka yang menimpa suami-istri bangsa belanda beserta dua orang anaknya. Mereka bukan saja tidak percaya pada larangan tersebut, bahkan mengejek dan mencemoohkannya. Pergilah mereka kepantai dengan berpakaian serba hijau. Terjadilah sesuatu yang mengejutkan, karena tiba-tiba ombak besar datang dan dan kembalinya kelaut sambil menyambar keempat orang belanda tersebut.
Artikel 2
Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkimpoian tersebut. Maka, bahagialah sang raja.
Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. “Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku”, kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.
Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. “Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya.” Sang dukun menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.
Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. “Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri,” kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.
Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan..
Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.
Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda
Tersebut dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.
Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, dan intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.
Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan. Versi pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kedua cerita tersebut memang berbeda, tapi anda jangan bingung. Anda tidak perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar. Cerita-cerita di atas hanyalah sebuah pengatar bagi tulisan selanjutnya.
Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta
Percayakah anda dengan cerita tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi terlepas dari polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa mitos Ratu Kidul memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakarta paling tidak tercantum dalam Babad Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti apa yang terjalin di antara keduanya?
Y. Argo Twikromo dalam bukunya berjudul Ratu Kidul menyebutkan bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas tradisi yang mementingkan keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan hidup. Karena hidup ini tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar, maka memfungsikan dan memaknai lingkungan alam sangat penting dilakukan.
Sebagai sebuah hubungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut Selatan. Penguasa Laut Selatan inilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan komunikasi dengan “makhluk-makhluk halus” tersebut.
Menurut Twikromo, bagi raja Jawa berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan ketenteraman.
Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.
Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.
Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena “diambil” oleh sang Ratu.
Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta) memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan.
Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Anda pasti pernah mendengar, bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu simbol ‘gaib’ yang dipakai oleh mantan presiden Soekarno.
Sampai sekarang, di masa yang sangat modern ini, legenda Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan, adalah legenda yang paling spektakuler. Bahkan ketika anda membaca kisah ini, banyak orang dari Indonesia atau negara lain mengakui bahwa mereka telah bertemu ratu peri yang cantik mengenakan pakaian tradisional Jawa. Salah satu orang yang dikabarkan juga pernah menyaksikan secara langsung wujud sang Ratu adalah sang maestro pelukis Indonesia, (almarhum) Affandi. Pengalamannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah lukisan.

CIRI CIRI KIAMAT

Daripada Huzaifah bin Asid Al-Ghifari ra. berkata: “Datang kepada kami Rasulullah saw. dan kami pada waktu itu sedang berbincang-bincang. Lalu beliau bersabda: “Apa yang kamu perbincangkan?”. Kami menjawab: “Kami sedang berbincang tentang hari qiamat”.
Lalu Nabi saw. bersabda: “Tidak akan terjadi hari qiamat sehingga kamu melihat sebelumnya sepuluh macam tanda-tandanya”. Kemudian beliau menyebutkannya: “Asap, Dajjal, binatang, terbit matahari dari tempat tenggelamnya, turunnya Isa bin Maryam alaihissalam, Ya’juj dan Ma’juj, tiga kali gempa bumi, sekali di timur, sekali di barat dan yang ketiga di Semenanjung Arab yang akhir sekali adalah api yang keluar dari arah negeri Yaman yang akan menghalau manusia kepada Padang Mahsyar mereka”.

Keterangan:
Sepuluh tanda-tanda qiamat yang disebutkan Rasulullah saw. dalam hadis ini adalah tanda-tanda qiamat yang besar-besar, akan terjadi di saat hampir tibanya hari qiamat. Sepuluh tanda itu ialah:
  1. Dukhan (asap) yang akan keluar dan mengakibatkan penyakit yang seperti selsema di kalangan orang-orang yang beriman dan akan mematikan semua orang kafir.
  2. Dajjal yang akan membawa fitnah besar yang akan meragut keimanan, hinggakan ramai orang yang akan terpedaya dengan seruannya.
  3. Dabbah-Binatang besar yang keluar berhampiran Bukit Shafa di Mekah yang akan bercakap bahawa manusia tidak beriman lagi kepada Allah swt.
  4. Matahari akan terbit dari tempat tenggelamnya. Maka pada saat itu Allah swt. tidak lagi menerima iman orang kafir dan tidak menerima taubat daripada orang yang berdosa.
  5. Turunnya Nabi Isa alaihissalam ke permukaan bumi ini. Beliau akan mendukung pemerintahan Imam Mahadi yang berdaulat pada masa itu dan beliau akan mematahkan segala salib yang dibuat oleb orang-orang Kristian dan beliau juga yang akan membunuh Dajjal.
  6. Keluarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang akan membuat kerusakan dipermukaan bumi ini, iaitu apabila mereka berjaya menghancurkan dinding yang dibuat dari besi bercampur tembaga yang telah didirikan oleh Zul Qarnain bersama dengan pembantu-pembantunya pada zaman dahulu.
  7. Gempa bumi di Timur.. Bisa jadi ini mengacu kepada gempa di China, Tsunami di Aceh.
  8. Gempa bumi di Barat. Bisa jadi ini akan terjadi di daerah Mexico, Argentina, Brazilia dan negara-negara Amerika Latin
  9. Gempa bumi di Semenanjung Arab.. Kemungkinan kasus longsor di Mesir sebagai pembukanya.
  10. Api besar yang akan menghalau manusia menuju ke Padang Mahsyar. Api itu akan bermula dari arah negeri Yaman. (Apa ini bahaya Nuklir?)
Mengikut pendapat Imam Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitab Fathul Bari beliau mengatakan: “Apa yang dapat dirajihkan (pendapat yang terpilih) dari himpunan hadis-hadis Rasulullah Saw. bahawa keluarnya Dajal adalah yang mendahului segala petanda-petanda besar yang mengakibatkan perubahan besar yang berlaku dipermukaan bumi ini. Keadaan itu akan disudahi dengan kematian Nabi Isa alaihissalam (setelah belian turun dari langit). Kemudian terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya adalah permulaan tanda-tanda qiamat yang besar yang akan merusakkan sistem alam cakrawala yang mana kejadian ini akan disudahi dengan terjadinya peristiwa qiamat yang dahsyat itu. Barangkali keluarnya binatang yang disebutkan itu adalah terjadi di hari yang matahari pada waktu itu terbit dari tempat tenggelamnya”.

MISTERI ILMU HITAM DI BANTEN



SIRIH HITAM, Sebuah Cerita Misteri dari Banten
Aku duduk bersila-sikêp di balkon pada pagi tadi saat gerimis menyapa
bumi dengan lembut. Aroma tipis tanah lembab menyiratkan ungkapan
terima kasih kepada sang hujan. Bahkan menjelang subuh, sang halilintar
bercanda dan menggoda orang-orang yang hendak ke masjid, sesekali
bertegur sapa dengan hujan dan angin. Tanah pun geli dengan
colekan-colekannya. Persapaan makluk yang inten ini meniscayakan
keterbangunan emosi dan harmoni. Keakraban sesama penghuni alam
semesta. Pasti, Tuhan mencipta semuanya dengan maksud
silaturrahim-wassalim. Aku tersenyum, sendiri.
Ketekunanku dalam seni beladiri silat beberapa tahun ini, nampaknya
mulai menyatu dalam ritme hidupku. Maènan jurus sapu bumi, sabêt
kalajêngking, patok naga, gêmpur gunung yang dilestarikan keluarga
Bapak, semakin mendekati sempurna. Untuk sampai pada tingkat ketepatan
dan kecepatan gerak nyata satu serangkaian maenan saja memang
membutuhkan lêlaku mengasah roso-pangroso. Ada secercah cahaya untuk
memahami diri. Dengan interaksi energi, mungkin dapat sedikit
memahamkan makna dari pencapaian sebuah pencerahan rasa. Aku harus
mengelana, begitu tekadku enam bulan lalu.
Para sohibku di pengajian dan di perguruan, bertanya tentang lêlaku
itu. Aku hanya diam dan senyum-senyum saja, terkadang kujawab
sembarangan. Tapi, aku yakin, Tuhan menciptakan makluknya dengan
berbagai bentuk dan tempat tidak dengan main-main! Guru fisikaku dulu
pernah cerita, Einstein katanya pernah berkata begitu. Mungkin, usaha
memahami atas ciptaan-Nya akan dapat mengenal diri, atau mungkin disisi
lain juga sebuah proses pemaknaan religi atas sebuah materi dan imateri
itu sendiri. Justru, pada kita, telah terlanjur lekat mewarisi budaya
olah bathin, yang oleh sebagian kita juga dinamai bahkan dihujat dengan
sebutan kurafat, tahayul, mitos, bid'ah, sempalan. Membutuhkan proses
untuk menyikapi dan mencernanya. Paling tidak, bagiku dapat sekedar
sedikit mengungkap apa yang belum terungkap.
Aku masih ingat bagaimana dulu, setelah lulus STM, kuputuskan ingin
jadi seorang jagoan yang tanguh, dengan memegang wilayah, aku akan
dapat upeti. Seiring perjalanan waktu, malahan asyik mengaji dengan
ustad Karim. Sebuah pertemuan yang unik, menolongnya saat ditodong
preman. Pupus, keinginan meningkatkan status keluarga dengan cara yang
kupandang masih cukup rasional. Suatu yang membalikkan nalar-pikirku.
Dan, aku jadi setengah pengangguran kembali. Sebuah pilihan ternyata
bukan harga mati.
Dalam pengembaraan, sampailah kuinjakkan kaki di bumi paling barat
pulau Jawa., dan bertemu dengan seorang jawara yang kuyakini mampu
memberi sedikit menjawab kegelisahan bathin.
Saat kunyatakan niatku, ia bertanya, " Apa yang mane inginkan anak
muda?".
"Saya ingin jadi orang sakti Bah!".
Ia berguman,"Gile mane, Abah gak bisa kasih apa-apa, Tuhan yang bisa
kasih".
Pada beberapa hari tinggal di rumah Abah, saat kami duduk di bale-bale,
tiba-tiba Abah meloncat ke halaman dan mengajak berbagi ilmu.
"Mane punya maenan, cona unjuk ke Abah", pancing Abah.
Aku turun lalu pasang kuda-kuda.
"Mane siap"
"Abah jual, ane beli"
Tiba-tiba,"Awas kepala!"
Meskipun udah berumur enam puluhan, gerakannya masih gesit dan ligat.
Gerakan cakar maung-nya masih bertenaga berusaha merobek muka. Dengan
jurus sapu bumi, sambil menghindar memosot kebawah, sekaligus secara
tiba-tiba kumainkan jurus patok naga. Abah surut ke belakang dengan
kaki meloncat, sebuah gerakan kombinasi sambil berputar badan dan
tangan mencengkeram, pusaran maung! Kami berhadapan kembali.
"Lumayan juga mane. Ayo kita lanjutkan", pinta Abah.
"Siap bah".
Tanpa aba-aba lagi Abah menyerang dengan terkaman dan sebetan. Akun
gunakan kuda-kuda kalajengking. Gerakan Abah lebih bertenaga dan
terukur. Akupun semakin bersemangat. Jurus demi jurus tak terasa,
sampai akhirnya kudengar pekikan dengan suara terengah.
"Hop! Mane hebat", seringai Abah sambil acungkan dua jempol. Dengan
semangat di berujar, "Kalo Abah masih muda kita melanglang buana".
"Abah bise aje"
"Bener. Selama ini Abah belum dapet lawan setanding, baru mane ni
orangnya". Setelah berhenti sejenak Abah melanjutkan,"Sayangnya
Abah udah tua...", pandanganya menerawang jauh, susah ditebah
maknanya.
Sejak kejadian itu, kita semakin akrab. Abah sangat perhatian dan
sering berdiskusi tentang kanuragan dan kegaiban, sebuah lautan ilmu
yang luas dan kadang aku sulit memahaminya. Abah sangat baik, memang
ada beberapa prinsip hidup yang aku setengah hati untuk bersetuju.
Pemahaman materi dan imateri, memang membolehkan orang menentukan dan
memilih metodenya, suatu proses, kadang lebih penting dan bermakna
dibanding sebuah hasil. Dari lelaku itulah, kadar keyakinan disegarkan,
ditumbuhkan bahkan dihidupkan dari mati surinya.
Hari berlalu terasa tak terasa sudah hampir dua bulan aku meninggalkan
rumah. Tiba suatu malam aku berkata kepada Abah, masih dengan sikap
ragu.
"Bah, sebenarnya, ane punya niat nyari sirih hitam".
Abah dengan serius memandangiku, "Gile mane!". Ia melanjutkan,
"Buat apa mane nyari".
"Ya, biar jadi orang sakti. Gampang matiin, susah dimatiin, susah
dicari orang".
"Ada juga orang Jakarta yang nekat".
"Memang ada bah yang namanya sirih hitam", tanyaku gusar. Nama
itupun aku peroleh dari sebuah majalah supranatural.
"Mane dah siap mate"
"Siap bah. Mati dah udah sebuah kepastian", jawabku mantap dan
yakin.
"Ane tau", lalu Abah bangkit dari duduk silanya masuk ke dalam
rumah. Sebentar kemudian keluar, membawa pipa besar, duduk kembali,
sambil menyulut rokok kretek. Satu hisapan, satu hembusan asap, satu
helaan nafas dalam, lalu berkata,"Mane puasa pati geni dulu,
bersihkan jiwa raga. Baru nanti Abah anter mane ke Cibaliung".
Setelah usai jalani ritual, kami berangkat ke hutan Cibaliung,
menerobos pekatnya kabut malam dan lebatnya pepohonan. Dingin, lembab,
bau tanah dan dedaunan serasa cepat menjadi teman akrab kami. Hingga
pada lewat tengah malam. Ada secercah cahaya jatuh di dekat sebuah
pohon besar.
"Gus, mane ambil, cepat" printah Abah.
Dengan tekad bulat, aku menuju tempat jatuhnya cahaya. Sekelebat tampak
tiga daun sirih hitam melayang-layar, sitinggi pinggang dari tanah,
bagaikan kepakan sayar yang pada permukaan daunnya berpendar-pendar
bersinar redup bagai dilumuri minyak zaitun. Aku pusatkan perhatian,
kutebek dengan dua tangan, satu, dua, tiga. Kugemgam erat dengan tangan
kanan. Pasrah akan hidup-mati, mohon perlindungan Tuhan nYang Maha
Memiliki.
"Gus! Guus! ...ada telpon dari ustad Karim!", teriakan ibu
menyadarkan lamunanku. Aku tersenyum sendiri. Sebuah pengalaman bathin
yang luar biasa, berinteraksi bersinergi dengan sesama makluk Tuhan.
Anehnya, justru hambar keinginan jadi sakti, tapi ingin merasakan
kelembutan dan damai. Memang akhirnya, persentuhan dengan pergulatan
hidup-mati akan melahirkan hidup baru. Persentuhan energi kami, tanpa
menimbulkan friksi, karena komitmen tertinggi, hanya kepada Tuhan.
"Ya...Bu...", jawabku, sambil bangkit dan turun ke bawah.
"Assalamu'alaikum," sapaku. Dan terdengar jawaban di ujung sana
dengan suaranya yang khas milik ustad kami sekeluarga, ringan berisi.
Ternyata, hanya menyampaikan kabar, kalau buku novel yang dipinjam
masih belum selesai dibaca sekaligus ijin mau dipinjam anaknya.
"Ga ape-ape ustad ... Wa'alaikum salam", terdengar terima kasih
dan salam.
Gerimis mulai reda, orang-orang mulai berlalu lalang di gang, menuju
tempat kerja, tempat tujuan. Kadang, bukan tujuan itu sendiri yang
menjadi tujuan kita. Namun, aku masih tidak takut bila suatu saat
menemukan sebuah tujuan.

AREA 11

SELAMAT DATANG DI AREA 11. 
AREA MISTERI YANG SAMPAI SEKARANG BELUM TERUNGKAP